SEJARAH DAN PERKEMBANGAN
ISO 9000 Series sekarang merupakan salah satu sistem manajemen mutu yang formal serta diterapkan di hampir semua jenis organisasi, termasuk industri otomotif.
Sejak peluncuran pertamanya pada tahun 1987, ISO 9000 Series mendominasi di semua bidang yang terkait dengan sistem manajemen mutu bahkan mengecualikan beberapa issue di bidang kualitas lainnya. Seperti contoh : birokrasi prosedur, paper work , tidak ada nilai tambah. Hal ini terjadi karena standar ISO 9000 Series menjelaskan mengenai “What”, sehingga sangat bergantung kepada penerimaan suatu organisasi mengenai pemahaman persyaratan minimum yang dapat diterapkan organisasi untuk mencapai kualitas produk atau service.
Salah satu persyaratan utama dari ISO 9000 Series adalah proses yang terkait dengan supplier, dimana persyaratannya adalah bahwa organisasi harus menyediakan produk /jasa yang sesuai dengan persyaratan tersebut. Persyaratan ISO 9000 di dalam konteks bisnis merepresentasikan spesifikasi yang telah dipersyaratkan/ditetapkan. Artinya apabila organisasi tidak menyediakan produk/service yang sesuai dengan persyaratan/spesifikasi maka sistemnya sebenarnya fail, tetapi tidak berarti standardnya salah, hal ini bisa saja disebabkan karena interprestasi yang tidak sesuai dari organisasi. Atau jika spesifikasi/persyaratanya sudah ditetapkan tetapi kualitasnya lebih rendah maka dampaknya bisa saja produk tersebut menjadi tidak cukup untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Dari penjelasan di atas, ada dua masalah penting yang terkait khususnya di industri otomotif :
• Kebutuhan untuk memberikan dasar yang sama kepada supplier mengenai sistem mutu dan menghilangkan interprestasi yang terlalu banyak.
• Kebutuhan untuk mengembangkan model sertifikasi yang dapat digunakan untuk memastikan integritas dari proses sertifikasi yang bersifat ” world wide”.
Bersamaan dengan publikasi ISO 9000, beberapa negara mengembangkan sistem manajemen mutunya sendiri yang digunakan hanya untuk pembelian peralatan kemiliteran, seperti NATO Quality Control System Standards pada tahun 1973, juga Quality Panel dari UK Society of Motor Manufactures mengembangkan standar yang sama untuk penggunaan non militer, yaitu BS 4891, yang dipublikasikan pada tahun 1972.
Pada tahun 1992, Chrysler, Ford dan General Motor (GM) menyusun manual “supplier quality system” dan “assessment tools” yang kemudian disebut QS-9000. Standard ini dikembangkan dari persyaratan ISO 9000 series dan ditambah “generic requirements” , sector “specific requirements “, dan “customer spesific requirements”. QS-9000 pertama kali di publish pada bulan Agustus 1994 dan standard ini merupakan penggabungan dari Chryler s Supplier Quality Assurance Manual, Ford’s Q101, dan General s Motor’s for excellence. Dalam perkembangannya QS-9000 tidak hanya diterapkan pada proses perancangan dan perakitan dari Chrysler, Ford dan GM saja. Pada bulan maret 1998 QS- 9000 direvisi untuk yang ketiga kalinya.
Disamping Amerika dan Inggris , beberapa negara lain juga mengembangkan model standard sistem manajemen yang terkait dengan Automotive industry, diantaranya VDA (Verband der Automobilindustrie) di Jerman yang mengeluarkan VDA 6.1, kemudian di Italia, Asosiasi Industri Mobil Italia (ANFIA) mengeluarkan standard AVSQ 94 , Asosiasi Industri Mobil Perancis (PSA) menerbitkan standard EAQF.
Semakin meningkatnya persaingan di industri otomotif membuat beberapa industri melakukan penggabungan dan kerjasama tidak hanya lingkup negaranya tetapi juga antar negara, sehingga hal ini juga mendasari terjadinya penggabungan standarisasi yang telah disusun. QS-9000 tidak hanya diterapkan di Amerika, tetapi di semua negara yang men-supply ke GM, Chrysler dan Ford, sehingga harus dilakukan penyesuaian terhadap standard-standard lainnya seperti VDA 6.1, EAQF 94, AVSQ 94juga.
Pada tahun 1996 IATF (International Automotive task Force) yaitu lembaga internasional otomotif yang anggotanya terdiri dari 2 group besar yaitu industry otomotif dan asosiasi perdagangan bekerjasama dengan ISO/TC 176 mengembangkan standar yang bersifat sektoral yaitu di industri otomotif yang kemudian diberi nama ISO/TS 16949, yang dikembangkan dari QS-9000, ISO 9000 Series, VDA 6., AVSQ 94, EAQF 94 yang edisi pertamanya di keluarkan pada tahun 1999.
Dengan di kembangkannya ISO/TS 16949 oleh IATF, maka cakupannya pun semakin luas tidak hanya untuk industri mobil Eropa dan Amerika tetapi juga industri mobil di Jepang dan negara lainnya, karena asosiasi perdagangan yang menjadi anggota IATF tidak hanya Amerika (AIAG), Italia (ANFIA), Perancis (FIEV), Inggris (SMMT), Jerman (VDA-QMC), tetapi juga Jepang (JAMA), di mana JAMA merupakan asosiasi dengan jumlah anggota terbanyak diantaranya: Toyota, Mazda, Honda, Suzuki, Daihatsu, Hino, Yamaha, Nissan, Kawasaki,dsb.
KEUNTUNGAN BAGI ORGANISASI
Dengan direvisinya ISO 9001:2000, maka IS0/TS 16949 pun di revisi untuk disesuaikan dengan persyaratan ISO 9001 :2000. Beberapa persyaratan tambahan yang berarti jika dibandingkan dengan QS-9000 adalah :
•Penetapan sasaran dan target
•Penetapan kepuasan pelanggan
•Continual Improvement
•Analisis Data
•Memastikan kesesuaian dengan persyaratan dan peraturan perundangan
•Tinjauan manajemen dilakukan untuk memonitor sasaran mutu yang stategis dan kinerja sistem.
•Verifikasi proses
•Penetapan dan pemeliharaan Plant, •Peralatan, dan Fasilitas
•Review efektivitas dari pelatihan.
Dengan mengadopsi ISO/TS 16949 ini, maka pemasok untuk industri otomotif akan semakin sesuai penerapannya dengan ISO 9001:2000 karena sistemnya menjadi semakin”generic”.
Beberapa keuntungan yang dapat diharapkan antara lain :
¤ Meningkatkan kualitas produk dan proses ; hal ini dapat tercapai karena di dalam persyaratan baru mengcover diantaranya, mengenai : penetapan target, pengukuran dan reviewnya, pengukuran kepuasan pelanggan, keselamatan produk, ke- sesuaian dengan persyaratan dan perundangan, manajemen desain proses, penerapan teknik dan alat-alat kualitas
¤ Meningkatkan keyakinan di Global Procurement ; dengan skema standard yang jelas, maka meng- eliminasi perbedaan pemahaman standar, proses sertifikasi benar-benar diseleksi berdasarkan kriteria ISO/TS 16949 dengan ruang lingkup.
¤ Pendekatan sistem mutu yang seragam/sama untuk pengembangan subkontraktor; dengan standar ini akan mengurangi variasi proses oleh subkontraktor sehingga hasil proses dapat lebih baik.
¤ Mengurangi variasi dan meningkatkan efisiensi; dengan penerapan beberapa persyaratan yang re- levant akan mengurangi hal tersebut, antara lain : Mistake Proofing, Continous Improvement, Failure Mode effect Analisys, Statistical Process Control
¤ Mengurangi audit pihak kedua ; dengan diterimanya standard ini oleh banyak negara, hal ini berdampak berkurangnya audit pihak kedua.
Dengan pemberlakuan ISO/TS 16949 ini maka industri otomotif dan turunannya memiliki kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan sistem manajemen mutunya sehingga meningkatkan kepercayaan pelangan lebih baik lagi.
1. Apa itu ISO 9001 ?
• ISO adalah kepanjangan dari International Organization for Standardization . Artinya suatu badan internasional yang mengurusi sertifikasi ISO 9001 bagi perusahaan-perusahaan di dunia.
• ISO 9001 adalah suatu sistem manajemen mutu nomor 9001 yang merupakan dasar bagi suatu perusahaan dalam mengelola sistem produksi dan menjamin kestabilan mutu produknya.
• Angka 9001 sendiri merupakan nomor urut sistem mutu yang dikeluarkan oleh badan tersebut.
• ISO 9001 harus diterapkan oleh perusahaan yang akan go international .
• ISO 9001 berlaku bagi perusahaan manufaktur (pabrik), baik produknya berupa barang ataupun jasa.
2. Apa itu TS 16949 ?
• TS 16949 adalah Technical Specification nomor 16949 yang dikeluarkan oleh badan ISO sebagai sistem manajemen mutu untuk industri otomotif.
• TS 16949 dibuat oleh International Automotive Task Force (IATF) dan Japan Automobile Manufacture Association Inc (JAMA) dengan dukungan suatu komite dari ISO, yaitu komite ISO/TC 176.
• Anggota IATF terdiri dari BMW, Daimler Chrysler, Fiat, Ford, GM, PSA Peugeot Citroen, Renault SA, Volkswagen, dan asosiasi-asosiasinya, seperti AIAG (Amerika), ANFIA (Italia), FIEV (Prancis), SMMT (Inggris), dan VDA (Jerman)
• Anggota JAMA terdiri dari Toyota, Daihatsu, Mazda dan industri otomotif Jepang lainnya.
• TS 16949 memuat semua persyaratan ISO 9001 ditambah dengan persyaratan khusus untuk industri otomotif.
• ISO/TS 16949 menggantikan QS9000 dan quality system lainnya yang disyaratkan oleh masing-masing industri otomotif, misalnya VDA, AVSQ, Malcom Baldrige.
• Dengan adanya penggabungan quality management system dari berbagai industri otomotif ini, suatu industri otomotif cukup menerapkan satu quality system meskipun memproduksi produk untuk berbagai customer. Misalnya suatu pabrik A mempunyai customer Ford, BMW dan VW. Semula dia harus menerapkan QS9000, AVSQ dan VDA 6.1. Sekarang cukup menerapkan ISO/TS 16949.
• Tujuannya : One World, One Quality System.
3. Tujuan dari TS 16949
Pengembangan sistem manajemen mutu yang memungkinkan untuk :
•perbaikan terus menerus,
•penekanan pada pencegahan produk tidak OK dan,
•pengurangan variasi dan proses yang tidak bernilai tambah pada rantai suplai.
4. Keuntungan dari TS 16949 :
•Memperbaiki kualitas produk dan proses
•Dapat menerapkan teknik terbaik dari industri otomotif keseluruhan
•Menambah keyakinan untuk go international
•Menyediakan pendekatan sistem mutu global untuk mengembangkan vendor dan memastikan konsistensinya
•Mengurangi variasi dan meningkatkan efisiensi.
5. Eight Quality Management Principles
ISO /TS 16949 disusun berdasarkan 8 prinsip manajemen ISO 9001:2000 atau ISO 9004:2000.
8 Prinsip manajemen ini harus dijabarkan dan digunakan pada penerapan ISO/TS 16949 ke seluruh organisasi oleh top management.
Berikut adalah 8 Prinsip »
•Prinsip 1 Memusatkan pada pelanggan
•Prinsip 2 Kepemimpinan
•Prinsip 3 Melibatkan Orang-orang
•Prinsip 4 Proses Pendekatan
•Prinsip 5 Pendekatan Peningkatan System Manajemen terus menerus
•Prinsip 7 Berdasarkan Fakta untuk Pengambilan Keputusan
•Prinsip 8 Saling Menguntungkan Hubungan Penyalur.
6. Site and Remote Location (Remote Site)
Definisi
•Site : location at which value-added manufacturing processes occur.
Remote location : location that supports sites and at which non-production processes occur.
•Supporting functions, whether on-site or remote (such as design centers, corporate headquarters and distribution centers), form part of the site audit as they support the site, but cannot obtain stand- alone certification to this TS.
•Audit Time between Site and Remote Location
<!–[if !supportLists]–>· <!–[endif]–>IATF Rule : A site shall be audited within 90 day from the remote location audit time. Jadi, untuk menentukan waktu audit harus mengikuti waktu audit remote location.
STRUKTUR ISO/TS 16949
Struktur ISO/TS 16949 dan beberapa persyaratannya dikembangkan dari ISO 9001:2000, kemudian juga dikembangkan dari QS 9000 serta memperhatikan masukan dari asosiasi industri otomotif, maka struktur ISO/TS 16949 adalah sebagai berikut :
1. Struktur ISO 9001:2000 terdiri dari :
•Scope
•Aplikasi
•Normative reference
•Terms and Definitions
•Sistem Manajemen Mutu
•Tanggung Jawab Manajemen
•Manajemen Sumber Daya
•Realisasi Proses
•Pengukuran, analisa dan peningkatan
2. Automotive Standart Requirement, Adalah persyaratan tambahan lain yang spesifik dijelaskan di masing-masing persyaratan dari ISO 9001:2000. Misalnya :
Persyaratan dokumentasi : Engineering Specification
•Management Responsibility: Management commitment Proses Efisiensi
•Responsisbilit dan Authority : responsibility for quality
•Management representative : customer representative
•Resource Management : Product desain skill
•Training on the Job.
•Plan, Facility and equipment planning
•Product Realization
•Accepatance criteria product realisastion
•Change control
•Supplier quality management system development.
Measurement analysis & improvement : ada penambahan:
*Dentification of statistical tools
*Knowledge of basic statistical concept
*Manufacturing process audit
*Problem solving
*Error proffing
3. Customer Spesific Requirements, adalah persyaratan spesific dari masing-masing industri otomotif yang dikeluarkan dan menjadi acuan bagi semua suppliernya di dalam mengembangkan dan menerapkan persyaratan ISO /TS 16949 ini.
Contohnya :
• BMW mengeluarkan Customer Specific Requirements
• yaitu : Supplied Parts Quality Management
• VW mengeluarkan Customer Specific Requirements Qual.Cap.Suppliers.,4th edition .
SISTEM ISO/TS 16949?
1. Referensi untuk Implementasi TS 16949
Referensi yang digunakan untuk Implementasi TS 16949 dapat digambarkan sebagai berikut.
<!–[if gte vml 1]> <![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>
Note: *) Customer Specific Requirement (CSR) ditentukan oleh siapa yang menjadi customer Anda. CSR bisa diberikan langsung oleh customer atau diakses di website customer khusus untuk supplier nya.
2. Istilah pada Referensi TS 16949
a Istilah rantai suplai :
<!–[if gte vml 1]> <![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>
b. Istilah Shall, Should, Note, Such :
•Shall : indicates a requirement.
•Should : indicates a recommendation.
•Note : for guidance in understanding or clarifying the associated requirement.
•Such : suggestion, for guidance only.
c. Istilah “product” dapat berarti produk atau servis.
d . ISO 9001:2000 dan ISO/TS 16949:2002
• ISO 9001:2000 requirement : tulisan dalam kotak.
• ISO/TS 16949 requirement : tulisan diluar kotak.
3. Sistem dokumentasi ISO/TS 16949
Sistem dokumensi quality management system (QMS) TS terdiri dari 4 level dokumen sebagai berikut.
<!–[if gte vml 1]> <![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>
•Level 1 adalah Quality Manual yang memuat elemen TS yang dapat diterapkan dan tidak dapat diterapkan, lengkap dengan kebijakan dan penanggung jawab setiap aktivitas. Dokumen level 1 ini menjadi acuan untuk pembuatan dokumen level 2.
•Level 2 adalah prosedur yang memuat uraian kerja terutama yang bersifat antar bagian. Dokumen level 2 ini menjadi acuan untuk pembuatan dokumen level 3.
•Level 3 adalah instruksi kerja yang memuat uraian kerja dengan lebih detail. Instruksi kerja dibuat dalam beberapa bentuk yaitu : – Standard Operating Procedure (SOP) – Standar Spesifikasi, dll.
•Level 4 adalah form atau blanko yang digunakan untuk mencatat hasil setiap aktivitas.
4. Dokumen dalam ISO/TS 16949
>Quality Manual berjumlah 1 untuk satu perusahaan.
>Sedangkan dokumen level 2 sampai 4 tidak ada batasan jumlah.
>TS 16949 hanya mensyaratkan 7 prosedur yang harus ada, yaitu :
“Control of document
“Control of records
“Corrective action
“Preventive action
“Internal quality audit
“Training
“Control of nonconforming product.
• Beberapa prosedur diatas dapat digabungkan dalam satu prosedur, misalnya prosedur corrective action dengan preventive action.
5. Persyaratan TS 16949
> Persyaratan-persyaratan TS 16949 terdiri dari:
• persyaratan ISO 9001
• persyaratan umum pada TS 16949 untuk seluruh industri otomotif.
• persyaratan khusus yang ditentukan oleh pelanggan.
> Contoh persyaratan TS 16949 yang bersifat umum :
• penanggung jawab kualitas produk
• 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke).
• predictive maintenance
> Contoh persyaratan TS 16949 yang bersifat khusus :
• perencanaan pengembangan produk yang diminta Ford, GM atau lainnya.
• sistem produksi Toyota, dsb
Pada dasarnya kita harus menerapkan apa yang diminta oleh pelanggan. Karena pelanggan adalah raja.
SISTEM PENGONTROLAN DOKUMEN DAN RECORD
1. Perbedaan antara document dan record (catatan mutu) pada TS16949.
Antara lain:
•DOCUMENT
Suatu informasi atau data yang dapat diperbarui setiap saat dibutuhkan.
•RECORD
Suatu informasi atau data hasil dilakukannya suatu proses atau aktivitas.
•DOCUMENT
Informasi dapat diperbarui setiap saat dibutuhkan
•RECORD
Informasi tidak dapat diperbarui karena merupakan bukti suatu aktivitas telah dilakukan.
•DOCUMENT
Umumnya merupakan peraturan, strategi atau rencana kerja. Misalnya prosedur, Policy Management, Jadwal IQA, Assy Plan, Control Plan, FMEA, drawing, Operation Standard.
•RECORD
Umumnya merupakan hasil implementasi dokumen. Misalnya. minutes meeting, laporan IQA, laporan proses produksi & inspeksi, PPAP, laporan maintenance, hasil kalibrasi.
•DOCUMENT
Approval menyatakan persetujuan akan peraturan, strategi atau rencana. kerja.
•RECORD
Approval menyatakan suatu aktivitas telah dilakukan sesuai peraturan yang berlaku.
•DOCUMENT
Bila didistribusi, harus dikontrol pendistribusiannya dan revisinya. *
•RECORD
Bila didistribusi tidak perlu dikontrol.
•DOCUMENT
Biasanya dilengkapi dengan nomor dokumen, nomor revisi, tanggal pembutan, catatan revisi.
•RECORD
Seharusnya dilengkapi dengan tanggal pelaksanaan aktivitas.
Catatan : *) Dokumen kontrol bila didistribusikan, dokumen harus diidentifikasi sebagai dokumen kontrol. Apabila ada revisi, distributor harus memastikan penerima menerima revisi terakhir dan mengidentifikasi atau mendisposisi revisi sebelumnya.
2. Control of Document dalam turtle diagram
<!–[if gte vml 1]> <![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>
3. Persyaratan Control of Document pada TS 16949 :
¤ Requirement
Organisasi harus mengiden-tifikasi proses-proses yang diperlukan dan menentukan interaksi antar proses.
¤ Implementation
Membuat business process mapping.
¤ Requirement
Sistem dokumentasi meliputi Quality Manual, prosedur, dan lainnya yang diperlukan.
¤ Implementation
Membuat Quality Manual, membuat prosedur dan instruksi kerja
¤ Requirement
Quality Manual mencakup ruang lingkup QMS, daftar prosedur, deskripsi dan interaksi proses-proses yang ada.
¤ Implementation
Membuat Quality Manual dengan daftar prosedur dan business process mapping.
¤ Requirement
Dokumen yang dibutuhkan untuk menerapkan QMS harus dikontrol.
¤ Implementation
Membuat metode kontrol dokumen dan identifikasi jenis dokumen yang harus dikontrol.
¤ Requirement
Prosedur Control of document harus mencantumkan:
•Approval dokumen sebelum dipakai
•Review dokumen & approval ulang
•Ada catatan perubahan dokumen
•Dokumen versi terakhir tersedia di area yang membutuhkan.
•Memastikan dokumen masih berlaku.
•Dokumen eksternal dikontrol
•Identifikasi dokumen obsolete.
¤ Implementation
Membuat prosedur “Control of Document” yang mencantumkan semua persyaratan yang diminta.
4. Control of Records dalam turtle diagram
<!–[if gte vml 1]> <![endif]–><!–[if !vml]–><!–[endif]–>
5. Persyaratan Control of Records pada TS 16949:
¤ Requirement
Record harus ditentukan dan dipelihara sebagai bukti pelaksanaan suatu aktivitas.
¤ Implementation
Membuat daftar induk record.
¤ Requirement
Record harus sah, mudah diambil bila diperlukan dan dapat dipinjam.
¤ Implementation
Penyimpanan record mempertimbangkan hal ini.
¤ Requirement
Prosedur “Control of record” harus dibuat dan mencantumkan metode kontrol, penyimpanan, perlindungan, peminjaman, masa penyimpanan dan. metode pemusnahan record.
¤ Implementation
Membuat prosedur “Control of records” yang mencantumkan semua persyaratan ini.
¤ Requirement
Masa penyimpanan record (retention time) harus mempertimbangkan kebutuhan peraturan pemerintah.
¤ Implementation
Menentukan masa penyimpanan record dengan memperhatikan kebutuhan customer dan peraturan pemerintah.
<em>radendarmoko<ol>
DAFTAR HALAMAN
▼
The 5 (S) Process: Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke
5S adalah
Seiri
Seiton
Seiso
Seiketsu
Shitsuke
suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.[1] Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.[1] Di Indonesia metode ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C.[1]
Isi dari 5S antara lain :
1. (seiri), Ringkas, merupakan kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja.[1][2]
The first step of the "5S" process, seiri, refers to the act of throwing away all unwanted, unnecessary, and unrelated materials in the workplace. People involved in Seiri must not feel sorry about having to throw away things. The idea is to ensure that everything left in the workplace is related to work. Even the number of necessary items in the workplace must be kept to its absolute minimum. Because of seiri, simplification of tasks, effective use of space, and careful purchase of items follow.
2. (seiton), Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.[1][2]
Seiton, or orderliness, is all about efficiency. This step consists of putting everything in an assigned place so that it can be accessed or retrieved quickly, as well as returned in that same place quickly. If everyone has quick access to an item or materials, work flow becomes efficient, and the worker becomes productive. The correct place, position, or holder for every tool, item, or material must be chosen carefully in relation to how the work will be performed and who will use them. Every single item must be allocated its own place for safekeeping, and each location must be labeled for easy identification of what it's for.
3. (seiso), Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.[1][2]
Seiso, the third step in "5S", says that 'everyone is a janitor.' Seiso consists of cleaning up the workplace and giving it a 'shine'. Cleaning must be done by everyone in the organization, from operators to managers. It would be a good idea to have every area of the workplace assigned to a person or group of persons for cleaning. No area should be left uncleaned. Everyone should see the 'workplace' through the eyes of a visitor - always thinking if it is clean enough to make a good impression.
4. (seiketsu), Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya.[1][2]
The fourth step of "5S", or seiketsu, more or less translates to 'standardized clean-up'. It consists of defining the standards by which personnel must measure and maintain 'cleanliness'. Seiketsu encompasses both personal and environmental cleanliness. Personnel must therefore practice 'seiketsu' starting with their personal tidiness. Visual management is an important ingredient of seiketsu. Color-coding and standardized coloration of surroundings are used
for easier visual identification of anomalies in the surroundings. Personnel are trained to detect abnormalities using their five senses and to correct such abnormalities immediately.
5. (shitsuke), Rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.[1][2]
The last step of "5S", Shitsuke, means 'Discipline.' It denotes commitment to maintain orderliness and to practice the first 4 S as a way of life. The emphasis of shitsuke is elimination of bad habits and constant practice of good ones. Once true shitsuke is achieved, personnel voluntarily observe cleanliness and orderliness at all times, without having to be reminded by management.
Penerapan 5S harus dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya.[1][3] Jika tahap pertama (seiri) tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya pun tidak akan dapat dijalankan secara maksimal, dan seterusnya.[1][3]
The 5S Process, or simply "5S", is a structured program to systematically achieve total organization, cleanliness, and standardization in the workplace. A well-organized workplace results in a safer, more efficient, and more productive operation. It boosts the morale of the workers, promoting a sense of pride in their work and ownership of their responsibilities.
"5S" was invented in Japan, and stands for five (5) Japanese words that start with the letter 'S': Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, and Shitsuke. Table 1 shows what these individual words mean. An equivalent set of five 'S' words in English have likewise been adopted by many, to preserve the "5S" acronym in English usage. These are: Sort, Set (in place), Shine, Standardize, and Sustain. Some purists do not agree with these English words -
they argue that these words have lost the essence of the original 5 Japanese words.
Table 1. 5S Definitions
Japanese Term
English Equivalent
Meaning in Japanese Context
Seiri
Tidiness
Throw away all rubbish and unrelated materials in the workplace
Seiton
Orderliness
Set everything in proper place for quick retrieval and storage
Seiso
Cleanliness
Clean the workplace; everyone should be a janitor
Seiketsu
Standardization
Standardize the way of maintaining cleanliness
Shitsuke
Discipline
Practice 'Five S' daily - make it a way of life; this also means 'commitment'
Seiri
Seiton
Seiso
Seiketsu
Shitsuke
suatu metode penataan dan pemeliharaan wilayah kerja secara intensif yang berasal dari Jepang yang digunakan oleh manajemen dalam usaha memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin di lokasi kerja sekaligus meningkatan kinerja perusahaan secara menyeluruh.[1] Penerapan 5S umumnya diberlakukan bersamaan dengan penerapan kaizen agar dapat mendorong efektivitas pelaksanaan 5S.[1] Di Indonesia metode ini dikenal dengan istilah 5R, sedangkan di Amerika dan Eropa dikenal dengan 5C.[1]
Isi dari 5S antara lain :
1. (seiri), Ringkas, merupakan kegiatan menyingkirkan barang-barang yang tidak diperlukan sehingga segala barang yang ada di lokasi kerja hanya barang yang benar-benar dibutuhkan dalam aktivitas kerja.[1][2]
The first step of the "5S" process, seiri, refers to the act of throwing away all unwanted, unnecessary, and unrelated materials in the workplace. People involved in Seiri must not feel sorry about having to throw away things. The idea is to ensure that everything left in the workplace is related to work. Even the number of necessary items in the workplace must be kept to its absolute minimum. Because of seiri, simplification of tasks, effective use of space, and careful purchase of items follow.
2. (seiton), Rapi, segala sesuatu harus diletakkan sesuai posisi yang ditetapkan sehingga siap digunakan pada saat diperlukan.[1][2]
Seiton, or orderliness, is all about efficiency. This step consists of putting everything in an assigned place so that it can be accessed or retrieved quickly, as well as returned in that same place quickly. If everyone has quick access to an item or materials, work flow becomes efficient, and the worker becomes productive. The correct place, position, or holder for every tool, item, or material must be chosen carefully in relation to how the work will be performed and who will use them. Every single item must be allocated its own place for safekeeping, and each location must be labeled for easy identification of what it's for.
3. (seiso), Resik, merupakan kegiatan membersihkan peralatan dan daerah kerja sehingga segala peralatan kerja tetap terjaga dalam kondisi yang baik.[1][2]
Seiso, the third step in "5S", says that 'everyone is a janitor.' Seiso consists of cleaning up the workplace and giving it a 'shine'. Cleaning must be done by everyone in the organization, from operators to managers. It would be a good idea to have every area of the workplace assigned to a person or group of persons for cleaning. No area should be left uncleaned. Everyone should see the 'workplace' through the eyes of a visitor - always thinking if it is clean enough to make a good impression.
4. (seiketsu), Rawat, merupakan kegiatan menjaga kebersihan pribadi sekaligus mematuhi ketiga tahap sebelumnya.[1][2]
The fourth step of "5S", or seiketsu, more or less translates to 'standardized clean-up'. It consists of defining the standards by which personnel must measure and maintain 'cleanliness'. Seiketsu encompasses both personal and environmental cleanliness. Personnel must therefore practice 'seiketsu' starting with their personal tidiness. Visual management is an important ingredient of seiketsu. Color-coding and standardized coloration of surroundings are used
for easier visual identification of anomalies in the surroundings. Personnel are trained to detect abnormalities using their five senses and to correct such abnormalities immediately.
5. (shitsuke), Rajin, yaitu pemeliharaan kedisiplinan pribadi masing-masing pekerja dalam menjalankan seluruh tahap 5S.[1][2]
The last step of "5S", Shitsuke, means 'Discipline.' It denotes commitment to maintain orderliness and to practice the first 4 S as a way of life. The emphasis of shitsuke is elimination of bad habits and constant practice of good ones. Once true shitsuke is achieved, personnel voluntarily observe cleanliness and orderliness at all times, without having to be reminded by management.
Penerapan 5S harus dilaksanakan secara bertahap sesuai urutannya.[1][3] Jika tahap pertama (seiri) tidak dilakukan dengan baik, maka tahap berikutnya pun tidak akan dapat dijalankan secara maksimal, dan seterusnya.[1][3]
The 5S Process, or simply "5S", is a structured program to systematically achieve total organization, cleanliness, and standardization in the workplace. A well-organized workplace results in a safer, more efficient, and more productive operation. It boosts the morale of the workers, promoting a sense of pride in their work and ownership of their responsibilities.
"5S" was invented in Japan, and stands for five (5) Japanese words that start with the letter 'S': Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, and Shitsuke. Table 1 shows what these individual words mean. An equivalent set of five 'S' words in English have likewise been adopted by many, to preserve the "5S" acronym in English usage. These are: Sort, Set (in place), Shine, Standardize, and Sustain. Some purists do not agree with these English words -
they argue that these words have lost the essence of the original 5 Japanese words.
Table 1. 5S Definitions
Japanese Term
English Equivalent
Meaning in Japanese Context
Seiri
Tidiness
Throw away all rubbish and unrelated materials in the workplace
Seiton
Orderliness
Set everything in proper place for quick retrieval and storage
Seiso
Cleanliness
Clean the workplace; everyone should be a janitor
Seiketsu
Standardization
Standardize the way of maintaining cleanliness
Shitsuke
Discipline
Practice 'Five S' daily - make it a way of life; this also means 'commitment'
SEVEN HEBIT : TUJUH KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF (7 HABITS OF HIGHLY EFFECTIVE PEOPLE) STEPHEN R. COVEY
Pengantar
Inilah buku motifator atau How To atau Kaifa yang paling banyak diamini oleh sebagian besar orang. Kognitif Attact yang ada di dalamnya cukup membuat setiap orang mengangguki dan ingin melaksanakan setiap anjurannya. Bahkan seminar dan pelatihanpun sering diadakan untuk melakukan anjuran-anjuran Stephen R. Covey ini. Tidak ketinggalan pula ibu saya pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh organisasi Muhammadiyah (Aisyiah). Teman saya pun pernah mengatakan buku ini sebagai kitab sucinya para motivator psikologis. Saya disini hanya ingin memberikan gambaran singkat dan sekilasnya saja, mungkin bisa membantu para pengagum 7 Habits ini.
TUJUH (7) KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF
Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama
Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami
Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.
Rekening Bank Emosional
Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.
Paradigma
Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.
Referensi: Diambil dari ringkasan buku 7 Habits
Inilah buku motifator atau How To atau Kaifa yang paling banyak diamini oleh sebagian besar orang. Kognitif Attact yang ada di dalamnya cukup membuat setiap orang mengangguki dan ingin melaksanakan setiap anjurannya. Bahkan seminar dan pelatihanpun sering diadakan untuk melakukan anjuran-anjuran Stephen R. Covey ini. Tidak ketinggalan pula ibu saya pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh organisasi Muhammadiyah (Aisyiah). Teman saya pun pernah mengatakan buku ini sebagai kitab sucinya para motivator psikologis. Saya disini hanya ingin memberikan gambaran singkat dan sekilasnya saja, mungkin bisa membantu para pengagum 7 Habits ini.
TUJUH (7) KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT EFEKTIF
Kebiasaan 1 : Jadilah Proaktif
Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
Kebiasaan 2 : Merujuk pada Tujuan Akhir
Segalanya diciptakan dua kali – pertama secara mental, kedua secara fisik. Individu, keluarga, tim, dan organisasi, membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan.
Kebiasaan 3 : Dahulukan yang Utama
Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
Kebiasaan 4 : Berpikir Menang/Menang
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
Kebiasaan 5 : Berusaha untuk Memahami Terlebih dulu, Baru Dipahami
Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya.
Kebiasaan 6 : Wujudkan Sinergi
Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
Kebiasaan 7 : Mengasah Gergaji
Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Bagi sebuah keluarga, Kebiasaan 7 meningkatkan keefektifan lewat kegiatan-kegiatan pribadi maupun keluarga secara berkala, seperti membentuk tradisi-tradisi yang merangsang semangat pembaharuan keluarga.
Rekening Bank Emosional
Rekening Bank Emosional mencerminkan tingkat kepercayaan dalam suatu hubungan. Seperti rekening keuangan di Bank, kita memasukkan simpanan ke atau melakukan penarikan dari rekening ini. Perbuatan-perbuatan seperti berusaha untuk memahami terlebih dulu, sikap murah hati, menepati janji, dan bersikap setia walaupun orang yang bersangkutan tidak hadir, meningkatkan saldo kepercayaan. Tidak murah hati, melanggar janji, dan bergosip tentang seseorang yang tidak hadir, mengurangi atau bahkan menghapuskan kepercayaan dalam suatu hubungan.
Paradigma
Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigam adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan kita selama ini.
Referensi: Diambil dari ringkasan buku 7 Habits